Desa Wisata Koto Masjid Berjulukan Kampung Patin
Desa Wisata Koto Masjid atau Kampung Patin adalah desa yang direlokasi oleh pemerintah dari lokasi awalnya di PLTA Kota Panjang pada tahun 1989-1992. Dimana desa tersebut tenggelam akibat luapan air PLTA tersebut. Desa ini terletak di pinggir jalan nasional yang menghubungkan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatra Barat, 20 KM dari Bangkinang, 85 KM dari Pekanbaru. Desa Wisata Kampung Patin, Koto Mesjid merupakan Desa Pemekaran dari Desa Pulau Gadang pada tahun 1999 sesuai dengan surat Keputusan Gubernur Riau Nomor: 247 Tahun 1999.
Setiap rumah disini punya kolam ikan. Istilahnya, 1 rumah minimal 1 kolam ikan patin. Sehingga Desa Koto Mesjid ini mempunyai motto ‘’Tiada Rumah Tanpa kolam’’.
Sangat mudah saat ini mencari potensi yang tardapat di desa ini yaitu melalui internet. Nitizen dapat mencari di google dengan megetik kampung patin atau Desa Koto Masjid. Apalagi, Kampung ini berhasil menembus 50 besar nominasi Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2021 dan berhasil mendapat peringkat 2 Kategori Suvenir dalam acara yang diselenggarakan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Namun, belum sempurna jika belum berkunjung langsung kesana.
Berbicara tentang ikan patin, kampung ini bisa menghasilkan 390-400 ton ikan patin dalam sebulan yang menunjang sektor UMKM-nya. Sebuah budidaya yang luar biasa. Selain menghasilkan ikan patin hidup, Desa Koto Mesjid juga mengolah ikan patin menjadi salai (ikan asap), kerupuk, dan nugget. Desa ini juga menghasilkan dan menjual bibit ikan patin, mesin pelet, dan pelet.
Bahkan salah satu produk hadir sebagai penyedap makanan seperti abon patin. Inovasi-inovasi ini memberikan nilai tambah kepada ikan patin dan memberikan banyak pilihan kepada konsumen.
Sejumlah destinasi wisata alam pun akhirnya muncul diwilayah ini. Puncak Kompei yang disebut-sebut sebagai Raja Ampat-nya Riau, sangat cocok untuk yang ingin berfoto-foto. Tempat wisata Talau Pusako dengan berbagai kegiatan serunya juga berhasil menarik banyak pengunjung. Ingin berenang di air terjun? Ada air terjun Sungai Gagak yang tidak bisa dilewatkan. Peninggalan sejaran Candi Muara Takus juga terletak tidak jauh dari desa ini.
Semenjak tahun 2019, Desa wisata ini dibawah binaan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau bekerjasama dengan pemerintah dan sejumlah perusahaan
STP Riau telah membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang menghimpun masyarakat yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengolah dan mengembangkan Desa Koto mesjid menjadi desa tujuan wisata.
"Pokdarwis tersebut terdiri dari pokdarwis puncak kompe, pokdarwis Sungai Gagak, serta penggiat-penggiat yang mengelola kelompok kerajinan tangan, serta kuliner khas Desa Wisata Kampung Patin. Kelompok ini merupakan masyarakat yang peduli terhadap kemajuan daerah melalui pariwisata," ungkap Ketua STP Riau, Dr Ir Eni Sumiarsih, MSc.
Salah seorang warga sedang melaksanakan pembuatan makan ikan patin
Kampung patin sudah termasuk dalam kategori desa wisata yang berkembang, desa wisata Kampung Patin ini memiliki produk unggulan berupa ikan patin yang ditandai dengan setiap satu rumah pasti memiliki kolam ikan patin. Hasilnya pun cukup memuaskan dengan rata-rata panen mencapai 13 ton setiap perhari sehingga dalam 1 bulan sebanyak 390 Ton.
Potensi perikanan di Koto Mesjid memang memberikan dampak yang luar biasa bagi kemajuan desa ini. Total luas kolam patin di Koto Mesjid saat ini telah mencapai 62 hektar. Jumlah ini akan terus bertambah karena tiap hari ada saja penambahan kolam baru.
Hasil produksinya pun tak tanggung-tanggung. 13 ton perhari bisa dihasilkan oleh desa ini. Putaran uangnya, bila dihitung dari hasil panen saja, bisa mencapai Rp190 juta perhari.
Kampung Patintumbuh berkembang dan mandiri. Zero pengangguran dan perekonomian terus meningkat. Hal ini merupakan kolaborasi pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, perusahaan, perguruan tinggi dan media massa membuat desa ini berhasil menggali potensi-potensi desa dan mengembangkannya sebagai daerah pembudidaya ikan patin.
PHR dan STP Riau Berperan Tingkatkan Kesejahteraan Warga
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) di area operasi, selain bertugas memproduksi minyak dan gas bumi di Wilayah Kerja Rokan, Provinsi Riau. Salah satu implementasi TJSL PHR adalah dukungan perusahaan terhadap pemberdayaan kelompok usaha dan wisata di Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau sehingga kesejahteraan masyarakat di desa itu terangkat.
Eni Sumiarsih, Direktur Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau, mengatakan PHR bekerja sama dengan STP Riau ikut memberdayakan masyarakat di Desa Kuto Mesjid. Salah satu binaan PHR yang telah berhasil memberikan nilai tambah secara ekonomi adalah desa wisata, budidaya pengolahan ikan patin, dan “dekla”, yaitu minuman segar kelapa muda dengan campuran jeli.
“Pencapaian Koto Mesjid sebagai Desa Wisata Kampung Patin merupakan kebanggaan masyarakat Riau dan menjadi energi positif bagi pengembangan desa-desa wisata lainnya di Riau. Ini juga buah kerja sama antara PHR dan STP Riau yang dipercaya dalam menjalankan program desa wisata di Koto Mesjid,” ujar Eni.
Produk UMKM masyarakat Desa Koto Masjid Binaan PHR dan STP Riau
PHR dan STP Riau melatih dan membimbing masyarakat untuk meningkatkan keterampilan pemandu wisata, identifikasi potensi objek wisata, penginapan (homestay), suvenir, dan kuliner. Konsep yang dikembangkan adalah wisata berbasis komunitas (community based tourism/ CBT).
Wisata berbasis komunitas ini adalah konsep pengembangan destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya.
Eni menyebutkan, PHR banyak membantu dalam proses pengembangan produk olahan patin dan dekla. Dengan adanya tempat penyimpanan frizer maka hasilnya jadi lebih tahan lama. “Ke depan tentunya hasil olahan ikan patin akan dikemas lebih menarik agar bisa tahan lama dan bisa dipaskan di super market,” katanya.
Refni Juita, pengelola UMKM Dekla, mengatakan adanya pendampingan dari STP Riau menjadikan produk olahan kelapa menjadi lebih bernilai ekonomi, tahan lama dan kemasannya menarik. “Kami mengucapkan terima kasih kepada PHR yang ikut memberikan dukungan kepada UMKM Dekla sangat membantu,” ujarnya.
Fitrah Dayun
Komentar Anda :