Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Begitu rahasianya kehidupan ini sehingga meski kita sudah sedemikian hati-hati, kadang masih juga tertimpa musibah. Setidaknya begitulah yang dialami Rosmaniar (89) peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Keseharian Ros, begitu ia disapa kini hanya tinggal di rumah bersama anaknya, Syafrial dan menantunya, Rini. Ros merupakan pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN) di kelas 2. Ros sendiri sudah lama mengidap Diabetes Melitus (DM), di mana jika seseorang mengidap DM dan mengalami luka, maka luka tersebut lama bahkan sulit sembuh. Luka juga dapat memburuk lebih cepat sehingga menimbulkan infeksi. Selama ini untuk DM, Ros hanya makan obat saja.
Sebelum memasuki bulan puasa silam, Ros jatuh di kamar mandi dan mengalami luka pada kaki kanan di bagian jari tengah. Mulanya Ros dan keluarga hanya membiarkan luka tersebut. Semakin lama luka tidak menunjukkan pemulihan, akhirnya Ros dibawa keluarga ke Klinik KPR di daerah Perawang. Sudah ada sekitar 6 kali Ros berobat ke klinik tersebut namun masih belum menujukkan kesembuhan. Malahan lukanya menyebar hingga ke jari jempol kaki. Oleh klinik, Ros dirujuk ke RS Syafira di Pekanbaru pada Rabu (22/5/2019).
Pada Kamis (23/5/2019), pihak keluarga baru membawa Ros ke RS Syafira. Oleh dokter, bagian jari Ros yang luka itu sudah infeksi dan harus diamputasi. Setelah berkonsultasi lebih lanjut, pihak keluarga setuju dan operasi akan dilakukan sehabis waktu Isya. Operasi selesai di sekitar pukul 12 malam dan berlangsung sukses.
“Alhamdulillah, operasi Emak tak ada hambatan. Sejak dirujuk kemarin, kemudian sorenya Emak langsung diperiksa dokter dan abis Isya dioperasi, rasanya ndak ada yang lama. Biasa aja. Termasuk cepatlah penanganannya,” ujar Rini.
Jika tidak ada komplikasi serius atau kondisi Ros baik-baik saja, rencananya Ros akan kembali ke Perawang pada hari Sabtu setelah nanti pihak keluarga selesai mengurus administrasi di RS Syafira.
Saat dikonfirmasi terkait tambahan iuran biaya, Rini mengaku tidak ada. “Apa ya? Paling biaya transportasi, hahaha. Kalau yang disuruh-suruh bayar gitu sih ndak ada. Karena memang kami sesuai prosedur. Jadi gratis. Kami pun ndak ada naik kelas. Yang terasa (memberatkan – red) itu ya kalau kami tak punya kartu. Amputasi Emak tertolong bekat JKN-KIS,” terang Rini. Tampak Rini masih memegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) dengan erat. (trc)